
Bagikan Pengalaman FLS2N, Olivia : Bohong Kalau Enggak Capek
Selasa (29/08) lalu, Olivia Aulia Chelsy, Finalis FLS2N tingkat nasional (Felsi) jurnalistik bagikan pengalaman saat persiapan hingga berlaga di kancah nasional yang dilaksanakan di Jakarta.
Satu minggu yang lalu (21/8), Olivia menuju Jakarta dengan sebongkah harapan dan iringan do'a untuk berkompetisi di tingkat nasional. Dalam ajang itu, siswa yang akrab disapa Chelsy itu tak sedikit beri pengorbanan. Bahkan, ia harus meninggalkan ayahnya yang sedang sakit untuk membawa nama baik Jawa Tengah dan SMA Negeri 1 Sumpiuh.
Perjalanannya diawali seleksi tingkat provinsi dengan mewawancarai pustakawan honorer guna dimuat sebagai artikel. Proses pembuatan artikel itu tak semudah yang dibayangkan. Butuh waktu sekitar 1 bulan untuk menyelesaikannya, namun kerja kerasnya dibayar kontan. Meskipun tidak mempunyai latar belakang di dunia kepenulisan sebelumnya, ia berhasil melaju ke tingkat nasional.
"Waktu diberi informasi kalau aku lolos nasional itu bengong sama kaget. Tapi pastinya seneng walau ada rasa khawatir. Terima kasih juga untuk orang tua, pembimbing terutama Pak Edy, Pak Hendra, dan Mba Fijri yang bantu aku buat berproses," tuturnya.
Anak pertama dari empat bersaudara itu pun lantas menjelaskan kegiatannya selama berada di Jakarta.
"Pertama, saat berangkat kita ke Semarang dulu untuk diberi pembekalan dari ketua kontingen. Setelahnya kita langsung menuju Novotel Hotel, Mangga Dua Square, Jakarta. Besoknya, kita dapat bimbingan dari Kompas TV dan dikenalkan dengan tim redaksi yang ada," ungkap siswa kelahiran 13 April tersebut.
"Bohong kalau enggak capek. Kelihatannya santai, padahal kenyataannya enggak. Justru kita bisa dibilang paling susah karena waktunya tabrakan sama kegiatannya narasumber," tambahnya.
Olivia pun menyatakan dengan tegas bahwa perjuangannya selama di Jakarta tidak semudah yang terlihat oleh publik. Mulai dari narasumber yang sulit untuk diwawancarai hingga problema teknis yang dihadapinya. Namun, hal tersebutlah yang membuat siswi XII MIPA 3 itu lebih tertantang dan berkembang pesat selama mengikuti kegiatan FLS2N.
Target untuk mendapat medali pun sebenarnya hadir. Namun, dengan hati mulianya, ia menuturkan bahwa menulis itu tidak hanya untuk emas, dara berusia 17 tahun itu ingin menulis agar dapat menginspirasi jutaan raga di luaran sana.
Putri sulung dari Sumpono dan Siti Sudiyati itu berpesan agar siswa-siswi terus semangat dan berani untuk mencoba. Pergulatan keluar zona nyaman haruslah disambangi dengan penuh optimistik dan rasa ingin tahu yang tinggi.