
Bangga! Rubayyi Raudatul Jannah Ukir Prestasi di Ajang Seni Nasional
Sempat gagal ikut FLS2N tingkat kabupaten di bidang monolog dua kali tidak membuatnya menyerah. Rubayyi Raudatul Jannah membuktikan kemampuannya di bidang monolog.
Shaskia Indah Wahyuningsih, Ekstra Jurnalistik
Keberhasilan datang kepada mereka yang terus berusaha, bahkan ketika segala sesuatunya tampak sulit. Remaja perempuan yang kerap dipanggil Rubayyi telah membuktikan hal tersebut.
Siswi berusia 18 tahun itu memulai petualangannya di dunia monolog sejak tahun 2023. Rubayyi yang memiliki ketertarikan terhadap dunia seni bergabung dalam ekstrakurikuler teater di sekolahnya. Itulah yang membawa dirinya terlibat dalam ajang lomba seni, terutama di bidang monolog.
Saat duduk di bangku kelas 10, perempuan itu mengikuti FLS2N tingkat kabupaten cabang lomba monolog. Ia latihan rutin selama kurang lebih satu bulan. Naskah yang dibawakannya adalah "Tangan Kecil Aini".
"Saya tidak berbohong rasanya berat banget. Dulu saya ikut teater dan Paskibra niatnya nyari kesibukan, ternyata malah semakin terasa capeknya. Apalagi saya harus pulang pergi Kroya-Sumpiuh setiap hari bawa motor sendiri. Encok deh," jelas perempuan pecinta seni itu, Jum'at (27/12/2024).
Naskah dan artistik yang digunakan memanglah istimewa. Rubayyi bersama crew, pelatih dan pembinanya merasa percaya diri dan optimis akan meraih juara. Angan-angan tersebut kandas karena ia gagal mendapat podium.
Tidak ada yang lebih pahit daripada menaruh harapan terlalu rabung. Itulah yang dituai oleh mereka. Dari situ mereka belajar untuk tidak menaruh harapan di awal.
Kekalahan yang dialami tidaklah menaklukkan mental mereka. Perempuan kelahiran Burni Bius itu kembali berperang di FLS2N tingkat kabupaten 2024. Saat itu ia sudah memasuki era kelas 11.
Draf barunya bertajuk "Monolog Gaza". Mereka mengasah kemampuannya dari awal Ramadhan. Satu setengah bulan mereka lewati dengan kerja keras. Kali pertama ia gladi diadakan di Aula Jendral Sudirman dan disaksikan oleh seluruh siswa siswi SMA Negeri 1 Sumpiuh.
"Tapi tidak sampai itu saja ternyata ujian datang. H-2 tepatnya tanggal 5 Mei saya tumbang dan kata dokter itu gejala demam berdarah (DBD). Saya diopname walaupun di situ saya bersikeras untuk tetap ikut lomba, tapi ternyata sama dokternya tidak diizinkan. Dan saya ingat sekali dokternya sampai nakutin saya kalau saya tetap ikut lomba nanti pingsan di sana," tambah remaja kelahiran tahun 2006 itu.
Keputusannya, Rubayyi tidak jadi tampil di FLS2N tingkat kabupaten tahun 2024. Perannya pun diambil alih oleh kawan seperjuangannya. Disebabkan minimnya waktu persiapan bagi temannya, Teater Atmas pun belum dapat menoreh gelar juara.
Di tahun ini perempuan bernama panggung Parona itu turut serta dalam Event Selasar Sandiwara. Kompetisi ini diselenggarakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta. Ajang inilah yang menjadi epilog baik tahun maupun keikutsertaannya dalam monolog di kala SMA.
Dalam ajang ini, tatkala lolos seleksi online, selepas itu akan tampil di gedung Militaire Societiet, Taman Budaya Yogyakarta. Di mana lokasi ini menjadi pusatnya kesenian di kancah Yogyakarta. Perkara tersebut yang menjadikan gadis cantik itu tergiur untuk turut serta dalam kompetisi meskipun mula-mula ia ragu sebab gentar akan kegagalan.
"Akhirnya saya mencoba walaupun dalam waktu yang singkat. Waktu latihan kurang dari sebulan tapi itu bukan masalah untuk kami. Walaupun terbatas crew, karena rules dari eventnya hanya memperbolehkan 1 tim terdiri dari 5 orang yang sudah termasuk pemain. Bagaimana? Panik jelas, tapi tidak apa-apa, sudah terlanjur semangat untuk mulai dari awal mengukir sejarah masa iya mundur," tutur gadis bertudung itu dengan semangat.
Monolog yang dibawakan oleh penggemar novel Tulisan Sastra ini bertajuk "Prodo Imitatio", karya Arthur S. Nalan. Naskah kali ini memanglah sedikit radikal. Bagaimana tidak, prosa tersebut menyangkut jual beli gelar yang semakin ke sini semakin marak kasusnya.
Kendatipun saat pengumuman seleksi remaja pencinta martabak keju itu lolos, dirinya merasa kurang puas. Sebab ia berada di urutan paling bawah. Tetapi hal tersebut dijadikannya sebagai motivasi dan juga target bagaimana caranya agar dapat keluar dari zona tidak aman itu.
Memperjuangkan sesuatu memanglah berat, itulah yang ditanggung Rubayyi dan teman seperjuangannya. Mereka berangkat ke Yogyakarta pada tanggal 4 Desember. Di mana tempo itu mereka sedang menempuh kegiatan Penilaian Sumatif Akhir Semester (PSAS).
Runyam agaknya jikalau harus menuding dua hajat sekaligus. Oleh karenanya gadis itu lebih menargetkan pada event tersebut. Nilai rapor mengikuti sama baiknya dengan hasil prestasi yang diperoleh.
Akhirnya hari yang dinanti telah tiba. Di tanggal 5 Desember adalah saat bagi mereka untuk bersinar. Gadis pengagum Ayanokoji itu pun turut serta menjadi crew properti untuk tim teater dikarenakan kekurangan orang. Begitulah kesibukannya mengurus banyak hal.
"Hal yang paling mencengangkan adalah jadwal tampil monolog dimajukan dari rundown acara. Seharusnya tampil setelah Maghrib, ini jadi sebelum Maghrib. Dan itu kami hanya memiliki waktu 30 menit. Padahal saat itu saya belum ganti kostum, belum memakai makeup, dan lainnya. Itu waktu 30 menit tergugup," sambung perempuan peminat drama Partners For Justice itu.
Tiba saatnya siswi SMA Negeri 1 Sumpiuh itu untuk menunjukkan taringnya. Anehnya, penampilannya ini sungguh jauh berbeda dibandingkan waktu latihan. Seluruh pemirsa ikut terbawa dalam ceritanya. Gadis itu bangga kepada dirinya karena mampu membuat penonton bertepuk tangan seriuh itu.
Tempo pengumuman juara pun tiba. Teater Atmas berhasil menyabet titel juara 2. Perempuan itu awalnya tidak menyangka karena lomba ini berkategori umum dengan batasan usia 25 tahun.
Rubayyi bahagia karena dapat berdiri di tengah-tengah mahasiswi. Di mana juara 1 ditoreh oleh mahasiswi Universitas Negeri Malang dan juara 3 diraih oleh mahasiswi Universitas IPWIJA. Dari perlombaan ini, gadis penggemar Muhammad Andrean Kusnadi itu menjadi tersadar bahwa kegagalan ada untuk dipelajari, bukan untuk direnungi.