SEKOLAH ADIWIYATA
GERBANG MENUJU SUKSES MASA DEPAN

Cerpen

Tumbuh Menjadi Pribadi Mandiri

Masa SMA merupakan masa yang penuh dengan pergumulan dalam hidup seseorang, dimana masa ini secara perkembangan dapat diartikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa, masa ini sering kita sebut sebagai masa Remaja. Terkadang kita ingin menjadi seperti orang lain yang memiliki banyak bakat dalam diri. Atau bahkan kita cenderung mengikuti pergaulan yang ada dengan sekeliling kita. Masa Remaja memang cenderung identik sebagai masa pencarian jati diri seseorang yang nantinya akan bertumbuh menjadi pribadi yang optimal.

Masa remaja untuk sebagian individu tidaklah mudah melaluinya karena banyak permasalahan yang dapat terjadi saat seseorang berada pada masa ini. Seperti hallnya permasalahan pendidikan, kepribadian, pertemanan, bahkan hingga masalah asmara dengan lawan jenis. Bila seorang individu ini tidaklah cukup berbesar hati dalam menghadapinya, maka kata yang akan muncul dalam benaknya yaitu MENYERAH. Mengapa demikian, karena dalam diri seorang remaja selalu meyakini bahwa dirinya dapat mengatur dirinya dan sanggup untuk membawa dirinya kearah yang sesuai dengan keinginannya.

Kita ambil contoh saja dengan masalah pertemanan yang kerap muncul dikalangan anak remaja. Mereka cenderung untuk memilih-milih dalam menentukan teman bermainnya, baik sebagai teman kesehariannya hingga teman untuk membentuk kelompok belajar. Sehingga munculah circle pertemanan yang kurang sehat diantara mereka dengan membeda-bedakan teman yang ada dalam satu kelas atau sekolahan. Hal ini pastinya akan membuat minder sebagian individu yang memang dari tempat atau latar belakang yang berbeda dengan lainnya. Perasaan minder inilah yang sebenarnya dapat kita olah dan selesaikan dalam diri kita terlebih dahulu, bukan hanya untuk menuntut perubahan yang terjadi dari eksternal kita (lingkungan).

Lalu bagaimakan cara untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dalam diri kita saat kita sebenarnya sedang menghadapi permasalah ini? Pastilah ini bukan suatu perkara yang mudah untuk kita lakukan apalagi untuk menyelesaikannya, mengingat emosional seorang remaja belum dapat diarahkan dengan baik dan benar. Namun hal ini patut kita coba sebagai dasar agar dapat mengembangkan diri menjadi pribadi yang mandiri, hingga pada akhirnya kita dapat memikirkan akan solusi yang terbaik.

Langkah pertama yang perlu kita ambil yaitu kita dapat dengan mengenal, menerima, dan memahami diri kita seutuhnya bahkan perilaku-perilaku yang bermasalah dalam diri kita. Penerimaan diri ini cenderung pada menerima dan memahami diri kita seccara utuh menyeluruh, perlu kita sadari juga bahwa kita manusia diciptakan baik adanya dan menurut kehendak sang Pencipta sesuai dengan ketetapannya. Maka dari itu kita patut untuk mensyukuri apa yang ada dalam diri kita saat ini, sehingga kita bisa mengenali diri dengan lebih baik. Menerima permasalah yang ada bukanlah perkara mudah, apalagi saat kita dalam permasalahan yang besar dimana kita cenderung mengarahkan permasalah itu berdasrakan logika. Namun dengan menerima permasalahan yang hadir itu memang untuk kita, maka kita dapat menjadi lebih siap dan tangguh dalam menjalaninya hingga menemukan solusi yang sesuai.

Langkah yang kedua yaitu menetukan tujuan positif yang terselubung. Dapat dipastikan setiap orang pernah menemukan dirinya pada kondisi yang tidak nyaman atau bahkan menderita. Oleh karena itu mari kita terima kondisi yang tidak nyaman dan menderita itu masuk pada bagian diri kita sebagai realita yang tidak bisa kita kendalikan. Setelah kita berusaah untuk menerima, kita perlu coba untuk memahami arti permasalahan itu hadir dalam hidup kita dengan sejenak mendengarkan hati kecil kita untuk berbicara dan mengolahnya. Akan menjadi seperti apakah kita nantinya jika sudah berhasil untuk melalui permasalahan yang ada saat ini, hal itu dapat kita temukan sebagai perwujudan dari tujuan kita hingga kita mampu melakukan perilaku yang positif.

Langkah yang ketiga yaitu menentukan perilaku yang positif untuk meraih tujuan. Setelah kita dapat menemukan tujuan terselubung yang hadir dalam permasalahan kita, maka selanjutnya kita perlu menetapkan kebiasan-kebiasaan yang sekiranya dapat menghantarkan kita menjadi lebih baik. Diawali dari sebuah kebiasaan yang rutin dan teratur dalam kehidupan sehari-hari, maka akan menjadi sebuah perilaku bagi kita nantinya karena itu sudah menjadi kebiasaan yang tereulalng secara terus menerus.

Langkah keempat yaitu melakukan dan menemukan pengalaman pengecualian (exception). Meskipun saat di SMA kita tidak memiliki teman, namun jauh dalam ingatan kita sebelum masuk SMA atau saaat di rumah pasti kita memiliki teman. Manfaatkan ingatan tersebut untuk menghadirkan kembali pertemanan yang pernah dialami pada masa sebelumnya. Inilah yang dinamakan pengecualian, dengan dapat menemukannya kita harus mampu memanfaatkan secara optimal, sefektif, seproduktif mmungkin untuk menjadi solusi atas permasalahan kita.

Langkah kelima, menemukan dan mewujudkan ide kreatif (disruptions). Disrupsi tidak sekedar menemukan ide kreatif untuk menciptakan kehidupan yang lebih bermakna tetapi lebih dahsyat dari itu, yaitu menghidupkan kembali pribadi yang “mati”, tidak menemukan arti, stagnan bahkan cenderung merusak diri. Dilema disruption kepribadian ini bermula dari penyangkalan atau ketidakterimaan dalam situasi yang muncul dan merubah secara tiba-tiba disekitar kita. Apabila kita dalam kondisi diserang oleh distrupsi ini, memang tidak cukup hanya dengan memotivasi diri namun kita juga perlu untuk menyadari keberadaan kita, siapa diri kita, dan kemana kita akan pergi, serta dengan cara apa kita akan pergi?. Secara realtime hal ini dapat ditemuakn saat kita sudah menetukan apa yang membuat hidup kita menjadi lebih bergairan, lebih dinamis, dan lebih bermakna.

Langkah keenam, membangun koneksi yang mengubah (connected). Pada perkembangan zaman ini kemajuan teknologi selalu mendapingi keseharian hidup kita. Conto saja penggunaan media social, pastilah semua orang memiliki media social yang digunakannya untuk berkomunikasi dengan orang lain tempat. Saat menggunakan media social pernahkan anda membayangkan perasaan yang timbul saat anda membuat status di media tersebut?. Lalu perasaan apa yang timbul saat status anda mendapatkan tanggapan yang berupa like atau komentar dari teman-teman media social anda?. Pada saat itulah zat dalam diri kita yang bisa disebut eufotia hadir dalam kita saat kita mendapatkan balasan tanggapan. Keterhubungan dengan orang lain adalah salah satu bentuk doa dan meditasi guna melatih rohani kita. Kita harus menyadarkan diri bahwa yang menggerakan kita terhubung dengan orang lain tidak hanya pikiran tetapi juga hati.

Banyak orang mengatakan bahagia itu sederhana. Namun saya memiliki padangan yang sedikit berbeda dengan kebanyakan orang mengenaik hal ini. Bagi saya Bahagia adalah Ketika kita dapat berdamai dengan diri kita baik saat dalam kondisi senang maupun saat dalam permasalahan bahkan saat terpuruk kita dapat menerima dan menyadari permasalahan yang timbul. Tidaklah mudah untuk menerima kondisi perubahan yang terjadi secara cepat, bahkan faktor lingkungan juga memiliki andil dalam perubahan tersebut sehingga membuat kita cenderung tertekan bahkan hampir menyerah. Namun saat kita dapat menerima diri, kita akan semakin sadar bahwa hal ini dibutuhkan untuk diri kita agar menjadi peribadi yang tumbuh dan berkembang secara optimal. Kebahagiaan itu kita yang memilih dan menetukan, bukan sekedar pemberian akan hasil usaha dan upaya kita. Oleh karenanya kita sebagai pribadi berhak mendapatkan kebahagiaan kita sesuai apa yang kita dambakan.

 

Penulis

Silvinus Christian Hendra Saputro, S. Pd

Share to :
Kirim Pesan