
Tumbuh Menjadi Pribadi Mandiri
Masa SMA merupakan masa
yang penuh dengan pergumulan dalam hidup seseorang, dimana masa ini secara
perkembangan dapat diartikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak
menuju ke masa dewasa, masa ini sering kita sebut sebagai masa Remaja.
Terkadang kita ingin menjadi seperti orang lain yang memiliki banyak bakat
dalam diri. Atau bahkan kita cenderung mengikuti pergaulan yang ada dengan
sekeliling kita. Masa Remaja memang cenderung identik sebagai masa pencarian
jati diri seseorang yang nantinya akan bertumbuh menjadi pribadi yang optimal.
Masa remaja untuk
sebagian individu tidaklah mudah melaluinya karena banyak permasalahan yang
dapat terjadi saat seseorang berada pada masa ini. Seperti hallnya permasalahan
pendidikan, kepribadian, pertemanan, bahkan hingga masalah asmara dengan lawan
jenis. Bila seorang individu ini tidaklah cukup berbesar hati dalam
menghadapinya, maka kata yang akan muncul dalam benaknya yaitu MENYERAH.
Mengapa demikian, karena dalam diri seorang remaja selalu meyakini bahwa
dirinya dapat mengatur dirinya dan sanggup untuk membawa dirinya kearah yang
sesuai dengan keinginannya.
Kita ambil contoh saja
dengan masalah pertemanan yang kerap muncul dikalangan anak remaja. Mereka
cenderung untuk memilih-milih dalam menentukan teman bermainnya, baik sebagai
teman kesehariannya hingga teman untuk membentuk kelompok belajar. Sehingga
munculah circle pertemanan yang kurang sehat diantara mereka dengan
membeda-bedakan teman yang ada dalam satu kelas atau sekolahan. Hal ini
pastinya akan membuat minder sebagian individu yang memang dari tempat atau
latar belakang yang berbeda dengan lainnya. Perasaan minder inilah yang
sebenarnya dapat kita olah dan selesaikan dalam diri kita terlebih dahulu,
bukan hanya untuk menuntut perubahan yang terjadi dari eksternal kita
(lingkungan).
Lalu bagaimakan cara
untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dalam diri kita saat kita sebenarnya
sedang menghadapi permasalah ini? Pastilah ini bukan suatu perkara yang mudah
untuk kita lakukan apalagi untuk menyelesaikannya, mengingat emosional seorang
remaja belum dapat diarahkan dengan baik dan benar. Namun hal ini patut kita
coba sebagai dasar agar dapat mengembangkan diri menjadi pribadi yang mandiri,
hingga pada akhirnya kita dapat memikirkan akan solusi yang terbaik.
Langkah pertama yang
perlu kita ambil yaitu kita dapat dengan mengenal, menerima, dan memahami diri
kita seutuhnya bahkan perilaku-perilaku yang bermasalah dalam diri kita. Penerimaan
diri ini cenderung pada menerima dan memahami diri kita seccara utuh
menyeluruh, perlu kita sadari juga bahwa kita manusia diciptakan baik adanya
dan menurut kehendak sang Pencipta sesuai dengan ketetapannya. Maka dari itu
kita patut untuk mensyukuri apa yang ada dalam diri kita saat ini, sehingga
kita bisa mengenali diri dengan lebih baik. Menerima permasalah yang ada
bukanlah perkara mudah, apalagi saat kita dalam permasalahan yang besar dimana kita
cenderung mengarahkan permasalah itu berdasrakan logika. Namun dengan menerima permasalahan
yang hadir itu memang untuk kita, maka kita dapat menjadi lebih siap dan
tangguh dalam menjalaninya hingga menemukan solusi yang sesuai.
Langkah yang kedua yaitu menetukan
tujuan positif yang terselubung. Dapat dipastikan setiap orang pernah menemukan
dirinya pada kondisi yang tidak nyaman atau bahkan menderita. Oleh karena itu
mari kita terima kondisi yang tidak nyaman dan menderita itu masuk pada bagian
diri kita sebagai realita yang tidak bisa kita kendalikan. Setelah kita berusaah
untuk menerima, kita perlu coba untuk memahami arti permasalahan itu hadir
dalam hidup kita dengan sejenak mendengarkan hati kecil kita untuk berbicara
dan mengolahnya. Akan menjadi seperti apakah kita nantinya jika sudah berhasil
untuk melalui permasalahan yang ada saat ini, hal itu dapat kita temukan
sebagai perwujudan dari tujuan kita hingga kita mampu melakukan perilaku yang
positif.
Langkah yang ketiga yaitu
menentukan perilaku yang positif untuk meraih tujuan. Setelah kita dapat
menemukan tujuan terselubung yang hadir dalam permasalahan kita, maka
selanjutnya kita perlu menetapkan kebiasan-kebiasaan yang sekiranya dapat
menghantarkan kita menjadi lebih baik. Diawali dari sebuah kebiasaan yang rutin
dan teratur dalam kehidupan sehari-hari, maka akan menjadi sebuah perilaku bagi
kita nantinya karena itu sudah menjadi kebiasaan yang tereulalng secara terus
menerus.
Langkah keempat yaitu melakukan
dan menemukan pengalaman pengecualian (exception). Meskipun saat di SMA
kita tidak memiliki teman, namun jauh dalam ingatan kita sebelum masuk SMA atau
saaat di rumah pasti kita memiliki teman. Manfaatkan ingatan tersebut untuk
menghadirkan kembali pertemanan yang pernah dialami pada masa sebelumnya.
Inilah yang dinamakan pengecualian, dengan dapat menemukannya kita harus mampu
memanfaatkan secara optimal, sefektif, seproduktif mmungkin untuk menjadi
solusi atas permasalahan kita.
Langkah kelima, menemukan
dan mewujudkan ide kreatif (disruptions). Disrupsi tidak sekedar
menemukan ide kreatif untuk menciptakan kehidupan yang lebih bermakna tetapi
lebih dahsyat dari itu, yaitu menghidupkan kembali pribadi yang “mati”, tidak
menemukan arti, stagnan bahkan cenderung merusak diri. Dilema disruption kepribadian
ini bermula dari penyangkalan atau ketidakterimaan dalam situasi yang muncul
dan merubah secara tiba-tiba disekitar kita. Apabila kita dalam kondisi
diserang oleh distrupsi ini, memang tidak cukup hanya dengan memotivasi diri
namun kita juga perlu untuk menyadari keberadaan kita, siapa diri kita, dan
kemana kita akan pergi, serta dengan cara apa kita akan pergi?. Secara realtime
hal ini dapat ditemuakn saat kita sudah menetukan apa yang membuat hidup kita
menjadi lebih bergairan, lebih dinamis, dan lebih bermakna.
Langkah keenam, membangun
koneksi yang mengubah (connected). Pada perkembangan zaman ini kemajuan
teknologi selalu mendapingi keseharian hidup kita. Conto saja penggunaan media
social, pastilah semua orang memiliki media social yang digunakannya untuk
berkomunikasi dengan orang lain tempat. Saat menggunakan media social pernahkan
anda membayangkan perasaan yang timbul saat anda membuat status di media
tersebut?. Lalu perasaan apa yang timbul saat status anda mendapatkan tanggapan
yang berupa like atau komentar dari teman-teman media social anda?. Pada saat
itulah zat dalam diri kita yang bisa disebut eufotia hadir dalam kita saat kita
mendapatkan balasan tanggapan. Keterhubungan dengan orang lain adalah salah
satu bentuk doa dan meditasi guna melatih rohani kita. Kita harus menyadarkan
diri bahwa yang menggerakan kita terhubung dengan orang lain tidak hanya
pikiran tetapi juga hati.
Banyak orang mengatakan
bahagia itu sederhana. Namun saya memiliki padangan yang sedikit berbeda dengan
kebanyakan orang mengenaik hal ini. Bagi saya Bahagia adalah Ketika kita dapat
berdamai dengan diri kita baik saat dalam kondisi senang maupun saat dalam
permasalahan bahkan saat terpuruk kita dapat menerima dan menyadari
permasalahan yang timbul. Tidaklah mudah untuk menerima kondisi perubahan yang
terjadi secara cepat, bahkan faktor lingkungan juga memiliki andil dalam
perubahan tersebut sehingga membuat kita cenderung tertekan bahkan hampir
menyerah. Namun saat kita dapat menerima diri, kita akan semakin sadar bahwa
hal ini dibutuhkan untuk diri kita agar menjadi peribadi yang tumbuh dan
berkembang secara optimal. Kebahagiaan itu kita yang memilih dan menetukan,
bukan sekedar pemberian akan hasil usaha dan upaya kita. Oleh karenanya kita
sebagai pribadi berhak mendapatkan kebahagiaan kita sesuai apa yang kita
dambakan.
Penulis
Silvinus Christian Hendra
Saputro, S. Pd