SEKOLAH ADIWIYATA
GERBANG MENUJU SUKSES MASA DEPAN

Puisi

Meningkatkan minat belajar sejarah melalui literasi digital (Oleh : Sigit Bayu Kurniawan, S.Pd)

Indonesia merupakan salah satu dari 5 negara dengan populasi terbesar yang ada di muka bumi. Kaya dengan adat, budaya dan culture menjadikan Indonesia sebagai salah bangsa satu multietnis terbesar di dunia. Kekayaan yang ada ternyata tidak menjamin kemajuan sebuah bangsa. Dewasa ini, kita mengalami sebuah krisis Identitas. Anak jaman sekarang lebih mengenal sosok public figure karbitan dibanding nama daftar presiden yang bernah menjabat dan barang pasti “berjasa” bagi perkembangan nusantara. Pendidikan sebagai pusat intelektual ternyata memiliki Pekerjaan Rumah (PR) banyak bagi kita semua. Belum selesai dengan beberapa berita tentang karut marut pengangkatan guru honorer (PPPK) ternyata kalau digali  lebih dalam permasalahan bukan hanya ada di system tadi.

Segelintir permasalahan tersebut, berdasarkan data dari UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Padahal salah satu kebiasaan membaca bisa mengasah otak untuk selalu bekerja dan berfikir kreatif. Budaya membaca terutama membahas tentang sejarah kenegaraan akan menambah wawasan khasanah kebangsaan sekaligus meningkatan rasa nasionalisme.

Pada kesempatan kali ini, penulis akan menyampaikan betapa penting pelajaran sejarah bagi generasi muda dan kiat khusus agar literasi sejarah tidak hanya terpaku pada buku teks saja.

Abad 21 perubahan begitu nyata dalam beberapa sektor, termasuk semakin mudahnya seseorang untuk memperoleh informasi penting hanya dengan mengandalkan jaringan internet. Jika pada awal tahun 2000 an, buku sejarah yang beredar masih sulit kita temui dan beberapa menawarkan dalam bentuk original (Belum diterjemahkan) sehingga dalam pencarian informasi kesejarahan sulit untuk diterima secara utuh.

Pelajaran sejarah pada jenjang tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) akhir-akhir ini kurang dinikmati oleh para peserta didik. Mereka beranggapan bahwa buku sejarah yang beredar diperpustakaan seolah maupun toko buku setempat tidak menarik untuk dipelajari. Berdasarkan hasil survei kepada peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Sumpiuh diketahui penyebab siswa kurang tertarik membaca buku paket sejarah karena;

a.      Buku paket sekolah berisi tulisan teks panjang

b.     Materi yang tergolong banyak pada mata pelajaran sejarah membuat siswa frustasi untuk membaca seluruh maeri dari A – Z

c.      Peserta didik lebih suka mencari sumber bacaan yang tersedia di berbagai media sosial, seperti dalam bentuk Story Telling

Berdasarkan hal tersebut ternyata untuk mengukur literasi siswa, indikatornya tidak hanya diukur dari berapa sering siswa membaca buku paket sejarah diperpustakaan sekolah. Sebab, peserta didik sekarang lebih berminat untuk melakukan literasi sejarah dalam bentuk digital. Meenggunakan smartphone / laptop sebagai bahan belajar. Dalam hal ini peran guru harus lebih optimal karena bertugas sebagai pihak yang meluruskan seandainya sumber referensi yang siswa gunakan ternyata kurang kredibel.

Hal ini yang dapat menjadi solusi, bukan hanya untuk kalangan pelajar saja tetapi secara umum untuk meningkatkan literasi sejarah teruntuk semua golongan dengan memanfaatkan media digital. Sekaligus memberi kesan dan pengalaman baru bagi pembaca itu sendiri. 

Share to :
Kirim Pesan